Monday, May 19, 2014

Be Entrepreneur, why?

Written by : Irfan Eka Putra                                                                                     May 18, 2014


Disini, saya tidak menggurui, sekedar menyajikan materi, apalagi berbagi pengalaman mengingat belum ada pengalaman yang cukup layak untuk bisa dibagikan. Disini saya akan membagi perspektif saya tentang bagaimana kerennya dan hebatnya jadi seorang wirausahawan. Ya walaupun pengalaman saya minim tentang bidang ini, tapi simak dulu lah.

Jadi Karyawan? Are You Serious??
Sebelum masuk kesini, saya akan bercerita sedikit mengenai asal usul materi ini.
Saya adalah orang keturunan minang asli. Seperti yang kita ketahui, orang minang memiliki kebudayaan untuk para pemuda untuk merantau ke daerah diluar kampungnya sendiri. Walaupun budaya itu sekarang sudah jarang dilakukan oleh para keturunan minang pada saat ini, tetapi ayah dan paman saya hampir seluruhnya merantau.
            Sebagai seorang anak rantau, mereka tidak memiliki keterampilan khusus untuk bertahan di negeri orang. Kecuali kemampuan untuk bertani, beternak, ataupun berdagang. Tetapi mereka adalah para perantau pulau jawa, mereka tidak memiliki tanah untuk digarap. Untuk itu, mereka semua menjadi para wirausahawan.
            Sejak kecil, saya dikelilingi oleh para wirausahawan. Walaupun usaha mereka tidak berskala nasional tapi mereka semua hidup dengan layak, bahkan bersahaja. Oleh karena itu, untuk saya pribadipun tidak pernah tahu menahu tentang bagaimana rasanya menjadi karyawan. Saya tidak pernah tahu apa enaknya jadi PNS, apa enaknya dapat uang jaminan hari tua, apa rasanya punya gengsi kalau kerja diperusahaan besar.
            Tetapi, anehnya ibu saya pernah bilang sesuatu yang klise yang mungkin juga diucapkan oleh para ibu yang lain “Irfan kamu belajarlah yang benar, yang tinggi. Biar nanti pas udah besar bisa kerja di perusahaan besar”. Ya karena saya waktu itu masih kecil, saya menganggukan kepala tanda mematuhi perkataan beliau.
            Mindset bekerja keras agar kerja di perusahaan itu terus melekat di otak saya. Hingga dalam beberapa tahun terakhir, saya mulai memikirkan kenapa mindset itu tetap menempel sampai sekarang. Sayapun mulai mencari informasi tentang tenaga kerja di Indonesia.
Ada beberapa fakta menarik seputar tenaga Kerja Indonesia yang saya temukan :
-          Per Februari 2014, 7,15 juta orang Indonesia menganggur – dengan kata lain sebanding dengan 80% penduduk Jakarta tahun 2010 (berpenduduk 9 Juta lebih).
-          Pada tahun 2013, pengangguran untuk Diploma I, II, dan III lebih dari 180ribu dan lebih dari 400ribu untuk Universitas.
-          Demo buruh yang selalu meminta menaikkan upah minimum regional (UMR).

Ada juga beberapa fakta mengenai tenaga kerja yang dipaparkan oleh merdeka.com :
-          Banyak lulusan SMA menjadi pengangguran
Untuk itulah mengapa banyak orang yang mulai makan bangku kuliah, karena takut jadi pengangguran. Mereka semua punya 1 mindset yang mirip: Kalau tidak kuliah, mau kerja dimana? Masalah utama disini adalah lulusan SMA yang mau bekerja tidak punya keterampilan khusus. Tetapi, ada juga beberapa yang mengantisipasi masalah ini dengan sebuah solusi : Sekolah Menengah Kejuruan. Dengan masuk SMK, mereka dibekali keterampilan khusus dengan harapan mereka tidak jadi pengangguran.

-          Banyak pekerja di Indonesia lulusan SD
Ini pekerja loh! Berarti dengan kata lain bukan cuma karyawan, melainkan buruh yang mayoritas. Ini berarti para pekerja ini ada karena tenaganya dibutuhkan, berarti porsi tenaga dibanding pemikirannya lebih besar.
-          Lapangan kerja pertanian ditinggalkan
Inilah yang menjadi masalah. Kita yang menyandang status Negara agraris dan maritim, justru sektor itu yang ditinggalkan. Hal ini sudah jelas masalahnya, pemikiran yang “bekerja di pertanian dan kelautan ga ada prospeknya” dan “bekerja di kota pasti lebih baik”. Bahkan teman – teman saya yang kuliah di IPB yang notabene terkonsentrasi di pertanian, memilih kuliah disana karena IPB punya link yang banyak untuk kerja di Bank. Are you serious?
-          SDM tak berkualitas
Inilah masalah utama, perusahaan besar meminta kualitas, bukan kuantitas. Alhasil, orang Indonesia yang kerja di perusahaan multinasional mayoritas menjadi buruh, sedangkan para penggerak perusahaan diimport dari luar.

Mau ubah Indonesia?? Ubah mindset kita dulu!
Indonesia adalah Negara yang besar. Besarnya Indonesia bahkan sudah diakui dunia, sebagai Negara ke 4 terbesar di Dunia dengan penduduk  yang mencapai 230 juta orang lebih. Bahkan jika Negara – Negara anggota asean, konon  katanya tidak bisa melampaui jumlah penduduk Indonesia sendiri. Kebesaran Indonesia ini juga bukan hanya di sektor SDM, tapi hamparan kekayaan alam yang sepertinya tidak akan habis untuk dibahas juga menjadi hal penting.
Tetapi dengan aset sebesar itu, kenapa Indonesia masih dianggap Negara berkembang bukan Negara maju? Masalahnya sendiri bukan hanya sektor kepemerintahannya, tapi mindset masyarakatnya yang masih memikirkan dirinya sendiri, bukan berusaha memajukan ekonomi lingkungan sekitarnya. Ubah mindset kita dulu, nanti imbasnya pasti bukan hanya ke diri kita sendiri kok.
Jika kita ambil 10 persen penduduk Indonesia yaitu 23 juta jiwa, yang bahkan tidak lebih banyak dibanding jumlah penduduk di jawa barat (sensus 2010) untuk menjadi seorang wirausahawan. Setiap orangnya lalu mempekerjakan 10 orang, maka selesailah masalah pengangguran di Indonesia. Tidak ada lagi yang namanya pengangguran, setiap orang bekerja dari mulai usia yang mampu bekerja, sampai nenek – nenek dan balita yang belum bisa bicarapun bekerja.
Entrepreneur : Not an Objective or a Reason
Kenapa demikian? Karena hal itu memang benar! Menjadi seorang wirausahawan bukanlah sebuah sasaran ataupun sebuah alasan. Menurut Yansen Kamto, CEO Kibar dan juga Founder Google Business Group, mengatakan bahwa wirausaha itu adalah semua tentang :
·         Mindset
Seperti yang tadi sudah dibahas, menjadi seorang wirausahawan itu harus memiliki mindset sebagai seorang pengusaha dahulu. Teman saya pernah bilang seperti ini : “Kita dari dulu sudah belajar dan selalu menjadi orang yang menuruti atasan (Guru). Masa masih mau disuruh – suruh terus?”. Dari hal tersebut, mindset saya pun berubah. Mengapa kita selalu mengikuti sistem yang ada sedangkan kita selalu diajarkan untuk memperbaiki sistem rusak tersebut.
·         Driven by Vision
Seorang wirausahawan haruslah memiliki visi yang jelas. Jadilah seorang wirausahawan yang bermanfaat, karena wirausaha tidak bisa membuat kita kaya. Dengan menjadi pengusaha, selain kita berusaha untuk menghidupi diri sendiri, kita juga mempekerjakan orang lain yang mungkin memang membutuhkannya.
·         Focus on Strength
Inilah yang selalu menjadi salah kaprah. Ketika kita menyadari kekurangan dan kekuatan kita, jangan terfokus untuk memperbaiki kekurangan kita dulu. Berusahalah untuk memfokuskan diri pada kekuatan yang kita miliki. Karena jika kita berusaha memperbaiki kekurangan kita dulu, maka kita akan tertinggal oleh para pesaing – pesaing kita.
Henry Ford, penggagas pembuatan mobil secara masal pernah berkata :”When people been asked what they need, they say faster horses”. Henry Ford jelas tidak mencari kuda apa yang paling cepat, tapi dia membuat inovasi dengan pembuatan mobil. Dia tidak memikirkan apakah akan laku atau tidak, dia hanya berusaha memecahkan masalah dengan inovasi yang dia buat.
·         Sustain with Energy
Inilah yang terpenting. Semangat, motivasi, dukungan adalah faktor – faktor penentu keberlangsungan tujuan kita. Faktor inilah yang membuat rasa pantang menyerah akan timbul dan nantinya kita bisa menuai hasilnya.
Menurut MIT, Entrepeneur adalah : “Someone who creates value for society by buildingan organization that solves a problem in a new way.”

Jadi, saat kita mempertanyakan kenapa Indonesia ini banyak pengangguran, Coba Tanya diri sendiri apakah kita akan tetap menyalahkan pemerintah, atau berusaha merubah dengan tangan kita sendiri? Dan saat para karyawan mempertanyakan nasib mereka didepan atasannya, coba tanyakan mengapa masih jadi pegawai?

No comments:

Post a Comment